BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di muka bumi ini. Untuk mendapatkan
air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang
mahal karena air sudah banyak yang tercemar oleh bermacam macam limbah. Limbah
tersebut berasal dari kegiatan industri, rumah tangga maupun dari rumah sakit. Limbah
dapat berupa padat, cair maupun gas yang akan menimbulkan gangguan baik
terhadap lingkungan, kesehatan, kehidupan biotik, keindahan serta kerusakan pada
benda, karena masih banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan tanpa
pengolahan yang benar sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran air
adalah gejala pengotoran atau penambahan suatu zat yang merupakan zat anorganik maupun organik
ke dalam air sehingga menyebabkan perubahan kualitas air tersebut.
Unsur-unsur didapatkan dalam
berbagai wujud dan dapat berupa atom,ion, serta senyawa. Suatu unsur dapat memiliki
beberapa isotop dengan nomor atom yang sama. Bila unsur-unsur
dikelompokkan atas dasar kemiripan sifat, baik sifat atom maupun senyawanya, dihasilkanlah sistem periodik. Kimia
telahmencapai perkembangan yang sangat cepat dalam usaha memahami sifat
semuaunsur. Sistem periodik unsur telah memainkan peran yang sangat penting
dalampenemuan zat baru, serta klasifikasi dan pengaturan hasil akumulasi
pengetahuankimia. Sistem periodik merupakan tabel terpenting dalam kimia dan memegangperan
kunci dalam perkembangan sains material. Berdasarkan jenis penyusunan atomiknya
senyawa anorganik diklasifikasikan atas senyawa molekular dan padatan. Salah satu unsur yang ada pada table
periodic adalah aluminium (Al).
Aluminium murni memiliki
karakteristik yang diinginkan pada logam.Alumunium itu ringan, tidak magnetik
dan tidak mudah terpercik, merupakanlogam kedua termudah dalam soal pembentukan, dan
keenam dalam soal ductility. Aluminium
merupakan salah satu unsur yang melimpah dialam khususnya pada kerak bumi,
yaitu sekitar 8,1% berat. Walaupun jumlahnyamelimpah,
namun logam aluminium ini tidak pernah ditemukan dalam logammurninya di
alam. Melainkan bergabung dengan unsur – unsur lain membentuk suatu mineral. Misalnya persenyawaannya dengan
group silikat yang biasanyadisebut feldspar, yang merupakan mineral yang
paling melimpah di lapisan kerak bumi.
Salah satu jenis mineral aluminium silikat yaitu piropilit AlSi2O5(OH), Selain
itu, biasanya bergabung dengan mangan membentuk mineral yang disebutspesartin,Mn3Al2(SiO4)3. Aluminium silikat
yang mengandung Floride atau hidroksida, Al2SiO4. F(OH)2, membentuk mineral permata yang dinamakan topas,
aluminium silikat dengan kalium dinamakan mikrolin, KAlSi3O8, yang
biasanyaberwarna hijau apel hingga
kecoklatan.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah
partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan air limbah?
2.
Bagaimanakah
efektivitas pengolahan air limbah yang dilakukan oleh masyarakat?, guna
meminimasi polutan pada lingkungan.
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui jumlah kadar aluminium pada air limbah.
2.
Untuk
mengetahui efeksivitas kadar aluminium pada air limbah pada jumlah yang
berlebih.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Air
Menurut
Effendi (2003) air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam
secara berlimpah-limpah. Tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan
hidup manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor bahwa dibumi
terdapat kira-kira 1,3-1,4 milyar km3 air namun 97% dimuka bumi ini erupakan air yang tidak dapat digunakan
manusia secara langsung karena bukan sebagai air tawar. Dari 3% air dapat
dimanfaatkan langsung 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier)
di kutup dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air
yang benar benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang
terdapat di danau, air sungai, dan air tanah. Kualitas air yang memadai bagi
konsumsi manusia hanya 0,003 % dari seluruh air yang ada.
Siklus
air secara ringkas terdiri dari proses evapotranspirasi dan presipitasi. Air
yang terdapat di bumi berubah menjadi uap air di lapisan atmosfer melalui
proses evapotransrasi air tanah, air sungai, air danau dan air laut. Kemudian
uap air tersebut akan mengalami proses presipitasi.Berkenaan dengan siklus air
di TPA Galuga dan sekitarnya ini, dapat dilihat bagaimana kemungkinan
terjadinya rembesan arah air permukaan (run off) di TPA Galuga.
Kemungkinan terjadi pencemaran air hujan turun terjadi infiltrasi ditempat TPA.
Lokasi yang lebih rendah topografinya dan kelerengan yang lebih rendah dapat
mempengaruhi
kualitas air
sumur melalui akibat rembesan dengan membawa bahan-bahan terlarut (senyawa
organik, ion-ion larut, gas-gas larut). Kemudian bahan-bahan yang terlarut
menjadi bagian air tanah dan air bawah tanah. Terjadi aliran bawah permukaan
jadi mata air tercemar masuk sumur-sumur gali penduduk.
Sumber: KLH
Bogor tahun 2010
|
Gambar 1. Siklus air dan kemungkinan terjadinya
pencemaran mata air dan air sumur gali penduduk
2.1.1 Kualitas
Fisika Air
a.
Warna
Air
yang mengandung warna disebabkan oleh jenis-jenis tertentu dari bahan-bahan
organik yang terlarut dalam koloid yang terbilas dari tanah atau tumbuhan
membusuk. Selain itu limbah dari kegiatan industri sering menjadi penyebab dari
adanya warna air. Kekeruhan air mengurangi kejernihan air yang disebabkan oleh
adanya zat padat tersuspensi seperti liat, lumpur, zat organik, plankton dan
zat-zat halus lainnya. Tingkat kekeruhan tergantung pada kehalusan
partikel-partikel dan konsentrasinya.
Analisis
zat padat dalam air sangat penting untuk penentuan komponenkomponen air secara
lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam
bidang air minum maupun dalam bidang air buangan. Zat padat tersuspensi dapat
diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yangselalu bersifat organis maupun
anorganis. Zat padat terendap adalah zat padat yang dalam keadaan tenang dapat
mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Warna
disebabkan oleh zat organik yang berwarna seperti asam humus yang disebabkan
oleh adanya zat besi. Mangan tembaga dan adanya buangan industri. Fardiaz
(1992) membedakan warna atas dua macam yaitu warna sejati (true color)
dan warna semu (apparent colour) yang disebabkan oleh adanya bahan
terlarut juga karena adanya bahan-bahan yang tersuspensi. Termasuk didalamnnya
yang bersifat koloid. Berdasarkan alasan kesehatan (Dinas Kesehatan) air minum
tidak berwarna.
b.
Bau
Bau
dan rasa air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan
kimia mudah menguap. Air minum harus bebas dari bau, rasa dan warna. Bau air
tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
gangguan plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup atau yang sudah
mati. Air yang berbau suflit dapat disebabkan oleh reduksi
sulfat oleh
adanya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerob (Sutisno dan Suciati
1991).
c.
Rasa
Air
bersih yang normal tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang disebabkan oleh
adanya polusi. Rasa biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian
terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang memiliki bau tidak normal juga
mempunyai rasa tidak normal. Karena itubersih untuk kegunaan air minum tidak
diinginkan mempunyai rasa (Sutrisno dan Suciati 1991).
d.
Suhu
Suhu
air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaannya,
pengelolaan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Suhu air
tergantung pada sumber airnya. Pada air permukaan tergantung pada kedalaman
sumber air tersebut. Air lindi berasal dari proses degradasi sampah dari TPA
Galuga, merupakan sumber utama yang mempengaruhi perubahan sifat-sifat fisik
air terutama suhu. Suhu limbah yang berasal dari lindi umumnya tinggi
dibandingkan dengan air penerima. Hal ini dapt
mempercepat
reaksi-reaksi kimia dalam air. Mengurangi kelarutan gas dalam air, mempercepat
pengaruh rasa dan bau (Husin dan Kustaman 1992).
2.1.2 Kualitas
Kimia Air Minum
Menurut
Dinas Kesehatan, terdapat beberapa standar. Unsur air minum. Unsur kimia
tersebut terdiri dari beberapa unsur yang tidak dikehendaki ada karena dapat bersifat
racun yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Maka kualitas air
minum dari persyaratan kimia adalah:
a.
pH air
Menurut
Dinas Kesehatan, derajat keasaman atau pH berdasarkan syarat kualitas air minum
dari Departemen Kesehatan adalah 6,5-9 merupakan syarat kimia yang
diperbolehkan atau dianjurkan dalam air. Syarat kimia air adalah sangat penting
diperhatikan dan spesifik dari sifat fisikanya. Syarat kimia dapat digunakan
untuk menilai sifat atau tingkat pencemaran air. Untuk bahan baku air minum
jumlah unsur-unsur tersebut dapat dilihat dari pada standar kualitas airminum
yang ditetapkan oleh PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air dan Peraturan Menteri Kesehatan no.
416/Men.Kes/Per./IX/1990 syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
b.
Kebutuhan oksigen biologi Biochemical Oxygen
Demand (BOD)
BOD
adalah singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, yaitu jumlah oksigen
yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik menjadi
senyawa - senyawa yang stabil. BOD merupakan salah satu indikator kualitas
perairan pada kandungan bahan organiknya. Bahan organik terlarut akan menghabiskan
oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada
air. Proses yang terlibat proses biologi dan proses kimia (Hariadyet al.1995).
c.
Kebutuahan ukuran oksigen kimia Chemical Oksigen
Demand (COD)
Nilai
Chemical Oksigen Demand (COD) merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
senyawa organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologi yang menyebabkan berkurangnya DO dalam air (Alaert dan Santika,
1987). Uji COD merupakan suatu uji untuk menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh suatu bahan oksidan seperti kalium dikromat untuk mengoksidasi
bahan organik dalam air.
d.
Nitrit (NO2)
Nitrit
dalam air terbentuk dari oksidasi amoniak oleh bakteri. Kandungan nitrit dalam
air minum berpengaruh pada kesehatan manusia. Karena nitrit merupakan zat yang
bersifat racun. Nitrit menyebabkan terbentuknya methemoglogina yang dapat
menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh. Persyaratan kualitas air minum yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan bahwa tidak diperbolehkan terdapat nitrit.
e.
Amoniak (NH3)
Amoniak
dalam air erat hubungannya dengan siklus nitrogen di alam. Amoniak dapat
terbentuk, pertama melalui dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung
nitrogen berasal dari hewan dan bakteri. Kedua hidrolisa urea yang terdapat
pada urin hewan dan ketiga dekomopsisi bahan-bahan organik dari tumbuh-tumbuhan
yang mati oleh bakteri. Siklus nitrogen tersebut diatas jelas bahwa amoniak
dalam air berasal dari tanah dan dari air tersebut apabila terjadi dekomposisi
oleh bakteri. Adanya amoniak dalam air dapat menimbulkan bau dan
perubahan fisik
air. Oleh karena itu, standar kalitas air minum tidak diperbolehkan
terdapat
amoniak.
f.
Zat Organik (KMnO4)
Kandungan
zat organik yang terdapat dalam air pada satu sumber air lainnya disebabkan
oleh keadaan lapisan tanah yang dilalui air sampai ke suatu sumber tertentu.
Zat yang terdapat di dalam air berasal dari kegiatan rumah tangga dan proses
industri. Semakin banyak terdapatnya zat bahan organik di dalam air kemungkinan
besar akan banyak bakteri di dalam air tersebut. Standar kandunganzat di dalam
air mmum menurut Permenkes No. 416/1990 bahwa kadar maksimal diperbolehkan
adalah 10 mg/l.
2.2 Pengertian Limbah
Pengertian
limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik
berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak memiliki nilai
ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. Limbah juga merupakan suatu bahan
yang tidak berarti dan tidak berharga limbah bisa berarti sesuatu yang tidak
berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu
yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan
penyakit atau merugikan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi, baik dari proses industri maupun domestik (rumah tangga, yang
lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis atau
bersifat merugikan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki
beberapa pengertian yakni :
1.
limbah
adalah sisa proses produksi,
2.
limbah
adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembuatan/pemakaian,
3.
limbah
adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi.
Menurut
UU No. 32/2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah didefinisikan
sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah cair adalah air yang membawa
sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industri (Purwadarminta, 1997). Limbah
cair juga dapat didefinisikan sebagai kotoran dari masyarakat & rumah
tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta
buangan lainnya atau air buangan yang bersifat kotoran umum (Sugiharto, 1987).
Sedangkan Metcalf & Eddy (dalam Sugiharto 1987) mendifinisikan limbah cair
sebagai “ A combination of the liquid or water carried wastes removed from
residences, institutions, and commercials and industrials establishment,
together with such groundwater, surface water, and stormwater as may be
present”. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
limbah cair/air limbah adalah sisa dari hasil usaha dan atau kegiatan yang
berujud cair. Secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan
oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik
limbah yaitu:
1.
berukuran mikro,
2. dinamis,
3. berdampak luas
(penyebarannya), dan
4. berdampak jangka
panjang (antar generasi). Sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas limbah
yaitu :
1.
volume limbah,
2.
kandungan
bahan pencemar,
3.
dan
frekuensi pembuangan limbah.
Berdasarkan
karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi
4 bagian, yaitu:
1.
Limbah
cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari;
2. Limbah padat,
adalah benda-benda yang keberadaannya melebihi jumlah normal dan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya (merugikan);
3. Limbah gas dan
partikel, adalah gas dan partikel yang jumlah atau keberadaannya bersifat
merugikan; dan
4.
Limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Menurut
BAPEDAL (1995), Limbah B3 adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Contohnya logam berat seperti
Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti
pestisida,
sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Limbah erat kaitannya dengan
pencemaran, karena limbah inilah yang menjadi substansi pencemaran lingkungan.
Dalam Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009
dijelaskan polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Zat
atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara
berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan
efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila:
1.
jumlahnya
melebihi jumlah normal,
2.
berada
pada waktu yang tidak tepat, dan
3.
berada
pada tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan
antara lain:
1.
merusak
untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak
lagi, dan
2.
merusak
dalam jangka waktu lama seperti Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah.
Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, dapat terakumulasi dalam tubuh sampai
tingkat yang merusak.
2.2.1
Jenis-Jenis Air Limbah
Ditinjau
dari sumber pembetukannya, air limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu : limbah
organik dan anorganik. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat
organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga
bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah pertanian berupa
sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan
herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai
sifat kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap ke dalam tanah,
dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme
yang hidup di dalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan
seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian,
minyak goreng bekas dan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya
racun yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah
tersebut tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3), sedangkan limbah
air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau
pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya. Sedangkan Limbah
anorganik terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik
berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat
diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik,
zat-zat tersebut adalah : garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium
klorida yang berasal dari kegiatan pertambangan dan industri. Asam
anorganik
seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan
bahan bakar
fosil. Ada pula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga
seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
2.3
Aluminium
Aluminium
adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak. Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di
kerak bumi,dan unsur ketiga
terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat dikerak bumi sebanyak
kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padatdari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahundalam bentuk
bauksit dan bebatuan lain (corrundum,
gibbsite, boehmite,diaspore,
dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alamkarena
aluminium merupakan logam yang cukup reaktif. Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi.
Pasivasiadalah pembentukan
lapisan pelindung akibat reaksi
logam terhadapkomponen
udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam
dari korosi.
Selama 50 tahun terakhir, aluminium telah menjadi logam
yang luas penggunaannya setelah baja.
Perkembangan ini didasarkan pada sifat-sifatnyayang ringan, tahan korosi,
kekuatan dan ductility yang cukup baik (aluminium paduan), mudah diproduksi dan cukup ekonomis (aluminium daur ulang). Yang paling
terkenal adalah penggunaan aluminium sebagai bahan pembuat pesawat
terbang, yang memanfaatkan sifat ringan dan kuatnya.Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dandapat
ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hinggaabu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminiummurni
adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa.
Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja,mudah ditekuk,
diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dandiekstrusi.Resistansi
terhadap korosi terjadi akibat
fenomena pasivasi, yaituterbentuknya lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar
denganudara bebas. Lapisan aluminium
oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan
dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibatreaksi galvanik dengan paduan
tembaga.Aluminium juga merupakan konduktor
panas dan elektrik yang baik.Jika dibandingkan
dengan massanya, aluminium memiliki keunggulandibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas
dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat.
Aluminium
murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selainaluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran
tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada
pengotor yangterkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di
dalam aluminiummurni biasanya adalah gelembung
gas di dalam yang masuk akibat proses peleburan dan
pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakanakibat kualitas
cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada
proses daur ulang aluminium).Umumnya, aluminium murni yang dijual di
pasaran adalah aluminium murni99%, misalnya aluminium foil.Pada aluminium paduan,
kandungan unsur yang berada di dalamnya dapat bervariasi tergantung jenis paduannya.
Pada paduan 7075, yangmerupakan
bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki kandungansebesar 5,5% Zn, 2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang
umum digunakan dalam penempaan, memiliki
kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si,0,8% Mn, dan 1,5%
Mg. Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai bahan pembuat badan
kapal pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4%
Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn, dan 0,1% Cu
2.4
Tinjauan Umum
Pengolahan Air
Pada dekade tujuh puluhan, negara-negara
industri maju telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang
dirancang untuk mengendalikan masuknya
limbah industri kedalam lingkungan. Peraturan perundang-undangan ini dapat
membatasi jumlah limbah pencemar kelingkungan. Tetapi dalam banyak kasus,
pendekatan pengadilan pencemaran tersebut banyak mengeluarkan biaya mahal,
beresiko dan kurang efektif. Seperti misal; limbah B3 dan sludge dibuang pada
tempat yang telah ditentukan sebagai tempat pembuangan akhir masih beresiko
mencemari lingkungan dan mengancam kesehatan, apabila tidak dikeloladengan
baik. Dengan teknologi remediasi memang bisa dilaksanakan tetapi memerlukan
biaya yang tinggi. Untuk itu perlu upaya lain yang pada dekade delapan muncul
pemikiran untuk mengurangi atau mungkin menghilangkan sama sekali limbah yang
dihasilkan oleh suatu produksi.
Strategi pengolahan limbah ini disebut
“pencegah”. Konsep “pencegah” atau “pengurangan limbah” pada sumbernya ini
antara lain memanfaatkan “teknologi bersih”. Maksud dari produksi bersih disini
adalah sebagai pendekatan operasional kearah pengembangan sistem produksi dan
konsumsi, yang dilandasi suatu pendekatan pencegahan bagi perlindungan
lingkungan (Surna Tjahya Djajadiningrat, 215).
Ada 2 hal penting dalam pendekatan
“pencegah” yaitu:
1.
Dampak
lingkungan dari proses, daur produk dan kegiatan ekonomi dapat diminimasikan
dengan mengurangi aliran bahan kedalam proses, daur produk dan kegiatan ekonomi
dengan mengurangi aliran bahan kedalam proses, daur produk dan kegiatan ekonomi
sehingga diharapkan ada peningkatan “efisiensi”.
2.
Karena
beberapa jenis senyawa kimia dapat meracuni dan berbahaya bagi lingkungan maka
perlu upaya “subtitusi” baha n atau produk yang berbahaya atau beracun.
2.5
Teknologi
pengolahan air
Air merupakan
bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang tidak dapat digantikan
dengan bahan lain.
Pengolahan air
adalah mengolah air baku agar memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
sesuai dengan tujuan penggunaan air tersebut. Sebelum air digunakan dalam
kebutuhan sehari-hari, terlebih dahulu air tersebut harus melalui penjernihan.
Sistem
pengolahan air dilihat dari prosesnya terbagi atas :
·
Proses
menghilangkan kekeruhan;
·
Proses
menghilangkan kesadahan (softening);
·
Proses
menghilangkan unsur-unsur garam terlarut;
·
Proses
menghilangkan / membunuh bakteri (sterilisasi)
Adapun tahapan proses pengolahan air
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Proses
adsorbsi;
b.
Proses
sedimentasi;
c.
Proses
koagulasi;
d.
Proses
flokulasi;
e.
Proses
klarifikasi;
f.
Proses
filtrasi;
g.
Proses
desinfeksi.
a.
Proses adsorbsi
Merupakan proses fisika yaitu proses
penyerapan bahan zat lain yang terjadi.
Proses
ini penting untuk :
·
Penyerapan
partikel kecil oleh partikel besar pada permukaannya. Proses ini berlangsung
dengan sendirinya atau dibantu pengadukan atau penambahan bahan kimia;
·
Penyerapan
warna, bau, dan gas-gas yang tidak dikehendaki.
b.
Proses sedimentasi
Proses
sedimentasi adalah proses pengendapan zat-zat yang tersuspensi yang dilakukan
dengan cara menenangkan air dalam bak atau tangki, sehingga zat-zat yang
tersuspensi tersebut mengendap didasar bak atau tangki karena adanya gaya
gravitasi.
Keuntungan dari
proses sedimentasi pendahuluan adalah :
1.
Mengurangi
beban pada proses-proses penjernihan tahap berikutnya;
2.
Penggunaan
bahan kimia untuk proses berikutnya berkurang;
3.
Biaya
pembersihan untuk bak/ tangki koagulasi berkurang;
4.
Proses
penjernihan berikutnya dapat dikontrol dengan cara yang baik karena proses
sedimentasi memberikan sedikit variabel kualitas air.
Adapun
dasar proses sedimentasiadalah air didiamkan didalam bak / tangki sehingga
partikel-partikel yang tersuspensi
(partikel tidak larut) memisah dan mengendap hanya karena gaya
gravitasi. Setelah pengendapan terjadi air ditarik keluar dari bak / tangki
tanpa menimbulkan gangguan terhadap partikel yang mengendap. Yang perlu
diperhatikan dalam proses sedimentasi adalah waktu pengendapan dan laju aliran
air.
c.
Proses koagulasi
Proses koagulasi
adalah proses mengurangi kekeruhan air dengan cara membentuk gumpalan-gumpalan
(flok) dari partikel-partikel padat dengan menggunakan bahan kimia (koagulan).
Mula-mula zan koagulan dicampur dengan air didalam tangki dan pencampuran ini
membentuk larutan dengan konsentrasi tertentu.melalui bak pencampuran larutan
bahan kimia/ koagulan tersebut diinjeksikan kedalam air yang akan dijernihkan
dan selanjutnya air tersebut dialikan kedaerah pengendapan. Bahan kimia/
koagulan yang ditambahkan akan membentuk glatin yang akan mengikat
partikel-partikel tersuspensi yang ada disekitarnya dan membentuk gumpalan.
Gumpalan-gumpalan
tersebut segera membentuk suatu kelompok yang lebih besar dan disebut flok,
kemudian yang berat akan mengendap dan yang ringan akan terapung keatas
permukaan air.
Bahan koagulan
yang dapat digunakan dalam proses penjernihanair adalah:
·
Aluminium
Sulfat (Al2(SO4)3.18H2O);
·
Sodium
Aluminat (Na2Al2O4);
·
Ferri
Chlorida (FeCl3);
·
Ferri
Sulfat (Fe2(SO4)3).
Pemberian koagulan yang harus
ditambahkan dalam air tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:
1.
Macam
koagulan yang digunakan;
2.
Kekeruhan
air yang diolah;
3.
Warna
air yang diolah;
4.
Harga
PH (drajat keasaman) air yang diolah;
5.
Suhu/
temperatur air yang diolah;
6.
Waktu
pencampuran dan flokasi
Jika air yang diolah lebih keruh dan
suhu rendah, maka diperlukan jenis koagulan yang lebih baik, airtinya yang
mempunyai kemampuan membentuk flok lebih cepat. Harga pH air harus diatur
sedemikian rupa agar pembentukan flok menjadi lebih baik dan lebih cepat. Dosis
optimum pemakaian koagulan yang diperlukan ditentukan dengan Jar Test Apparatus.
Didalam unit penyediaan air, test
semacam ini harus dilakukan sesering mungkin untuk menentukan jumlah koagulan
yang optimum dan penggunaan bahan koagulan yang paling ekonimis. Jika mutu dan
karakteristik air yang diolah selalu berubah-ubah maka Jar Test harus dilakukan
secara kontinyu agar setiap perubahan yang terjadi dapat diketahui secara
cepat, sehingga pengendalian mutu air dapat terlaksana dengan baik.
d.
Prose Flokulasi
Merupakan proses pengendapan flok yang
turun memisahkan kebawah merupakan proses kombinasi fisika-kimia. Faktor-faktor
yang menetukan:
·
Penambahan
floculating agent;
·
Pengadukan
yang sempurna;
·
Kontak
yyang baik;
Bahan-bahan yang
ditambahkan misalnya:
·
Silika
aktif;
·
Bentonic,
Barit (BaSO4)
·
Karbon
aktif;
·
Zat-zat
organik (algea, pati);
·
Clay
(lumpur).
c. Proses Klarifikasi
Merupakan proses penjernihan, yaitu
merupakan gabungan dari proses sedimentasi, koagulasi dan flokulasi. Proses ini
dapat dilakukan dengan memperbesar konsentrasi flok dan recycle sludge (untuk
mendorong flok agar lebih cepat mengendap). Untuk memperbesar flok dapat
dilakukan dengan memberikan kontak yang baik antar partikel, dan ini dapat
dilakukan dengan pengadukan atau sirkulasi.
Ada dua macam proses kontak sludge,
yaitu:
·
Sludge
circulation clarifiers;
·
Sludge
vlanket clafifiers.
F. Proses Filtrasi
Merupakan
proses pemisahan dengan cara penyaringan, yaitu melewatkan air melalui media
penyaringan yang berupa tumpukan pasir atau bahan butiran lainnya.
Secara
umum filtar dapat diklasifikasikan sebagai:
Ø
Grafit
filter
·
slow
send filter (saringan pasir lambat)
·
Rafit
send filter (saringan pasir cepat)
Ø
Pressurized
filter (saringan pasir tekan)
Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode filtrasi adalah:
Ø
Kualitas
dari filtrat dan toleransi kandungan bahan yang diijinkan;
Ø
Kualitas
air yang disaring;
Ø
Kualitas
dari bahan yang dipisahkan;
Ø
Fasilitas
pencucian;
Ø
Kondisi
instalisasi filter.
Kendala yang sering ditemui dalam proses
filtrasi adalah kebutuhan dari pori-pori/ lubang dari bahan filter. Adanya
hambatan ini akan mengurangi efektifitas filtrasi, untuk menghilangkannya
dengan jalan pencucian balik. Fungsi pencucian balik adalah untuk memperlancar
proses filtrasi, mencegah pembusukan bahan organik dalam lumpur yang dapat
menimbulkan bau dan menyempurnakan proses pengolahan air. Periode pencucian
balik tergantung dari faktor-faktor yang menyebabkan kebuntuan.
G. proses desinfeksi
Merupakan proses penghilangan/
pembunuhan bakteri/ kuman yang bersifat patogen (menyebabkan penyakit).
Desinfeksi yang umum digunakan pada pengolahan air adalah senyawa chlorine dan
derifatnya, biasanya berupa gas chlor, chlor cair, sodium hypho chloride atau calcium
hypho chloride. Hal ini disebabkan senyawa chloride mempunyai efektifitas yang
tinggi walaupun dalam jumlah yang kecil serta mempunyai kemampuan oksidasi yang
kuat untuk menghancurkan bahn-bahan organik.
2.6
Teknologi
Pengolahan Air
1.
Flokulator
Air baku
diinjeksi larutan aluminium sulfat, sebelum masuk flokulator I dengan mixer
pipa masuk kedalam flokulator I, II, III, sehingga terjadi proses pengendapan
serta pembentukan flok secara berkesinambungan.
2.
Klarifier
Air dari
flokulator diteruskan dengan melewati talang masuk ke dalam delapan buah
klarifier yang dipasang secara paralel. Didalam klarifier terjadi pemisahan
antara air jernih dengan flok yang sudah
terbentuk dengan bantuan shell plate paralel, sehingga flok hasil dari
flokulator akan segera jatuhkeruang pengendap, sehingga air jernih hasil
pemisahan akan terus naik keatas secara over low menjadi produk.
Tahapan pengolahan air pada Corrugated Plate
Interceptor (CPI)
1.
Bak
Segaran
Bak ini adalah
fasilitas penampungan air untuk air bersih. bak ini menampung air dengan jumlah
yang maksimal kemudian diendapkan secara fisika. Air dari bak segaran dipompa
dengan diinjeksi larutan aluminium sulfat ke fasilitas CPI sebagai air bersih.
2.
Pompa
Penyerap Air
Ada dua buah
pompa yang berfungsi sebagai penyerap air dari bak segaran untuk disalurkan ke
Corrugated Plate Interceptor (CPI).
Data Pompa :
·
Jenis
= Centrifugal Single Stage
·
Total = 225 m
·
Kapasitas = 200 m3/ jam
·
Putaran = 1450 Rpm
·
Pergerak = Motor Listrik 22 KW
Kondisi operasi 1 buah beroperasi,
sedangkan yang satu lagi stand by atau sesuai dengan kebutuhan.
3.
Bak
Pengaduk Larutan Aluminium Sulfat Dengan Mixernya
Bak ini
merupakan fasilitas penampung untuk
mencapur larutan aluminium sulfat dan air yang kemudian dimixer. Larutan
tersebut dialirkan ke CPI.
4.
CPI
(Corrugated Plate Interceptor)
Air dari bak
segaran yang sudah diinjeksikan larutan aluminium sulfat diolah pada
flokulator. Pada flokulator terjadi pembentukan flok dan pengendapan. Setelah
itu melalui telang dialirkan dan diolah di klarifier. Pada klarifier terjadi
pemisahan air jarnih dan flok. Flok akan jatuh ke bak pengendap dan air jernih
dialirkan ke bak penampung (bak L).
5.
Bak
Penampung (Bak L)
Bak ini
menampung air jernih dari CPI yang kemudian didistribusikan ke Boiler.
2.3.2
Bak
Penyaring (Sand Filter)
Bak penyaring terdiri
dari 14 (empat belas) buah, dengan jenis saringan adalah gravity filter dengan menggunakan
pasir silika. Pencucian ini dilakukan setiap hari untuk 5 filter untuk sand
filter lama dan baru.
Proses Penyaringan:
Air dari tangki gravitasi (dalam proses
untuk mendapatkan air minum) masuk ke filter masuk ke bagian atas lapisan
pasir, air tersebut akan mencoba menembus ketebalan pasir filter dan kemudian
mengalir melalui nozel-nozel dibawah pasir filter menuju keruang air bersih.
dari ruang air bersih air mengalir menuju bak penampung air minum. Pemakaian
filter yang terus menerus akan menyebabkan kapasitas penyaringan akan menurun
yang antara lain disebabkan partikel-partikel yang ada tidak dapat menembus
pasir penyaringan akibat kebutuhan/ tertutupnya pori-pori penyaring.
Oleh karena itu, uit penyaringan secara
periodik dan bergantian harus dicuci dengan udara bertekan dan air bersih
secara bersama-sama dialirkan berlawanan dengan arah normal.
Data
penyaringan yang lama :
Jenis : Saringan pasir berbentuk empat persegi
Ukuran : 5 x 1,5 x 3 m
Ukuran : 5 x 1,5 x 3 m
Jumlah : 7 buah
Kapasitas : 50 m3/jam
Kapasitas : 50 m3/jam
Data
penyaringan yang baru :
Jenis : Saringan pasir berbentuk empat persegi Ukuran : 6 x 12 x 3
Jumlah : 7 buah
Kapasitas : 60 m3/jam
Jenis : Saringan pasir berbentuk empat persegi Ukuran : 6 x 12 x 3
Jumlah : 7 buah
Kapasitas : 60 m3/jam
Air Bersi
|
Air Bersih
|
2.6.1
Sedimentasi
Pada tahap ini,
proses yang dilakukan adalah proses sedimentasi/ pengendapan kotoran-kotoran
padat yang lebih berat dari air. Proses ini merupakan proses fisika. Tujuan
proses ini adalah :
-
Menghilangkan
kekeruhan;
-
Mengurangi
kesadahan
-
Mengurangi
kebutuhan bahan kimia pada proses selanjutnya.
Dasar proses sedimentasi
adalah:
-
Perbedaan
berat jenis lumpur dan air;
-
Lumpur
yang memiliki berat jenis lebih besar dari air akan turun memisah keluar dari
air karena gaya gravitasi;
-
Partikel
lain yang memiliki berat secara gravitasi tertarik ikut turun kebawah, sehingga
terjadi pemisahan.
Ø
Kriteria
desain yang perlu diperhatikan dalam proses sedimentasi adalah :
-
Waktu
pengendapan.
Pemberian waktu harus cukup sehingga
partikel dapat memisah sempurna.
-
Jenis
aliran.
Aliran harus laminer, sifat aliran
tertentu, lambat dan tidak mengaduk. Kondisi tipe aliran dapat diketahui
dengan harga Nre (bilangan Reylond).
-
Memperlama
aliran dalam Bak
Dengan tujuan memperpendek waktu
pengendapan (dalam belokan-belokan aliran) atau tidak disekat-sekat.
Ø
Menghitung
bilangan Reylond untuk pengendapan.
Bilangan Reylond
menunjukkan suatu aliran dalam kondisi turbulen atau laminer.
Pada kondisi
pemisahan aliran harus laminer.
-
Bilangan
Reylond <2100, partikel mengendap pada aliran laminer;
-
Bilangan
Raylond 2100-2300, merupakan daerah transisi;
-
Bilangan
Raylond >2300, partikel mengendap pada aliran turbulen.
Menghitung
bilangan Raylond dengan rumus :
Keterangan :
Re : Bilangan Reylond;
R : Hydraulic radius (m), dihitung
berdasarkan w.h/w + 2 h;
Vo : kecepatan horizontal aliran (m/det);
V : viscositas kinetis air pada suhu
operasi (m2/det).
2.6.2
Menghitung kecepatan
pengendapan
Pengendapan partikel
diskrit terjadi, bil;a selama proses pengendapan tidak terjadi perubahan
bentuk, ukuran dan berat partikel dalam fluida yang tenang. Partikel akan
bergerak kebawah jika massa jenisnya lebih besar dari fluida disekitarnya, dan
partikel akan bergerak keatas jika massa jenisnya lebih kecil dari fluida
disekitarnya. Partikel akan mengalami percepatan sampai gaya hambat cairan
sebanding dengan gaya dorong, selanjutnya kecepatan partikel dalam fluida akan
tetap.
Kecepatan
pengendap dipengaruhi oleh adanya tipe aliran dan stabilitas pengendapan. Tipe
aliran dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan pada nilai Reylond (NRE) sedangkan
kestabilan pengendapan dapat dihitung berdasarkan nilai bilangan froude.
a.
Kecepatan
pengendapan sangat dipengaruhi oleh tipe aliran yang ditentukan oleh bilangan
Reylond.
Bilangan Reylond sangat berpengaruh
terhadap kecepatan, karena ada hubungannya dengan kondisi aliran yaitu aliran
laminer atau turbulen.
Re < 1, kondisi air mengalir,
partikel bergerak disepanjang aliran.
Re > 2000, partikel mengendap pada
kondisi aliran turbulen
1 < Re < 2000, merupakan daerah
transisi, dimana Re dibawah 104, kondisi aliran laminer yaitu daerah
dapat diendapkan.
b.
Stabilitas
Pengendapan, bilangan froude ;
Pengendapan partikel pada kondisi
laminier dipandang dari segi bilangan Raylond, ternyata masih belum menjamin,
tidak terganggunya pengendapan karena adanya pengaruh gravitasi bumi.
Keadaan laminier memerlukan kecepatan
aliran yang rendah laju aliran, makin mudah dan makin besar pengaruh gravitasi
bumi. Keadaan laminier pada aliran yang semula seragam, menjadi tertarik
melengkung menghasilkan olakan-olakan vartikel yang mengganggu pengendapan.
Dengan kata lain; dibutuhkan kecepatan yang cukup tinggi agar tidak terpengaruh
gravitasi bumi. Ini berarti, aliran memberikan hasil yang kontradiktif yaitu
dari segi turbulensi dibutuhkan kecepatan rendah, namun dari segi stabilitas
dibutuhkan kecepatan tinggi guna memperoleh pengendapan yang sempurna.
Pengaruh stabilitas pengendapan oleh
gravitasi, diukur dengan bilangan berdimensi yang menggambarkan aliran, radius
hidraulis atau gravitasi yang dikenal sebagai bilangan Froude.
Fr
= Vo2/gR
Keterangan :
Fr :
Bilangan Froude (> 10-5);
Vo :
Kecepatan Aliran (m/det);
G :
Gravitasi (9,81 m/dt2)
R :
Hydraulic radius (m)
2.6.3
Menghitung waktu
pengendapan
Partikel mendapat 2 arah gerakan
|
Sumber : Mustakim, Gravity Separation
|
Arah gerakan partikel
kebawah waktu pengendapan t= H/v1
|
Pada gambar pertama, arah gerakan
partikel tegak lurus kebawah dan partikel mengendap di titik P1
dibawah posisi semula, sehingga waktu pengendapan = t=H/v1.
Pada
gambar kedua partikel mendapat 2 arah gerakan; yakni mendatar karena pengaruh
aliran horizontal air masuk dan keluar (vL) serta kebawah (v1).
Dengan demikian lintasan gerakan partikel dapat ditentukan menuju ke P2
karena resultante gerakan v1 dan vL. Sehingga dapat
dihitung waktu pengendapan adalah sesuai rumus:
Keterangan
:
t : waktu pengendapan
P1=P2 : partikel pengendapan
H : jarak yang ditempuh
v : arah gerakan partikel
Dari
hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
Untuk
pengendapan tenang dan berkesinambungan dengan aliran, membutuhkan volume bak
dan waktu pengendapan yang sama.
Pemakaian koagulan pada proses penjernihan air bersih
Koagulasi merupakan proses untuk
mempercepat pengendapan kotoran padatan dalam air dengan penambahan bahan kimia
yang disebut koagulan. Koagulan yang ditambahkan dalam air akan membentuk inti
flok. Inti flok akan berbenturan dengan partikel-partikel kotoran membentuk
gumpalan flok yang lebih besar karena partikel kotoran menempel didinding flok.
Gumpalan flok yang lebih berat akan mengendap labih cepat demekian seterusnya
akan terjadi pengendapan akibat terjadinya flokulasi.
Bahan koagulan yang ditambahkan oada
proses koagulasi adalah bahan yang dapat membentuk inti flok dengan kemampuan
menyerap atau ditempeli partikel padatan kotoran dalam air. Bahan koagulan
adalah garam mineral, yang makin tinggi kation valensinya akan semakin baik.
Contoh
:
Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O]
dengan inti flok Al(OH)3 kationnya, Al3+ dengan nilai PH
efektif adalah 5,6-7,4. Dibawah range ini air bersifat asam sehingga daya larut
tinggi menyebabkan inti flok dan flok pecah serta larut. Diatas range ini air
bersifat basa sehingga inti flok Al(OH)3 yang bersifat ampoterakan
kembali menjadi asam aluminat yang larut dalam air dan flok tidak terbentuk.
Reaksi
yang terjadi bila aluminium sulfat ditambahkan dalam air :
·
[Al2(SO4)3.18H2O] 2Al3+
+ 3SO42- + 18H2O terbentuk kesetimbangan.
·
Reaksi
kesetimbangan air dengan harga α sangat kecil H2O H+ + OH-. Al3+
bereaksi dengan OH- dari air membentuk inti flok
Al(OH)3.
2Al3+
+ 6OH- 2Al(OH)3
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai proses pengendapan kotoran adalah :
·
Macam
dan jumlah koagulan yang digunakan
·
Tingkat
kekeruhan dan warna air yang akan dijernihkan
·
Nilai
kebasaan dan keasaman air
·
Suhu
air dan waktu pencampuran hingga terjadi flokulasi.
Air
yang lebih keruh pada suhu rendah memerlukan mutu koagulan yang lebih baik.
Harga PH air harus diatur secara sempurna agar terbentuk flok yang
lebih baik. Bahan koagulan yang dipakai untuk kegiatan penjernihan air adalah [Al2(SO4)3.18H2O]
dengan dosis berkisar : 15-100 g/m3 (diperdagangan), atau sesuai
dengan kekeruhan air. Karakteristik bahan aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O]
yang digunakan dalam pengolahan air adalah sebagai berikut:
·
PH untuk koagulan = 5,5-8,0
·
Dosis = 5,2 – 8,5 mg/L
·
Kekuatan
= 0,25 % - 5%
·
Sifat
= asam dan korosif
·
Desintas = 514,3 kg/m3.
2.7
Indikator pencemar lingkungan karena aluminium
Pada unit pengolahan air minum, proses
untuk pengendapan air bersih digunakan bahan koagulan [Al2(SO4)3.18H2O].
pemakaian bahan koagulan aluminium sulfat untuk menjernihkan air pertimbangan
sebagai berikut :
-
Cukup
efektif
-
Harga
murah dan mudah didapat
-
Relatif
gampang penanganannya
-
Efek
negatif rendah
Walaupun demikian, buangan air
pengendapan dari proses yang masih mengandung aluminium ini adalah merupakan
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu pencemarann aluminium sangat potensial mencemari
lingkungan, untuk itu perlu diketahui niali ambang batas (NAB).
1.
Nilai
ambang batas (NAB) sebagai logam aluminium dan debu Al2O3
= 10 mg/m3;
2.
Nilai
ambang batas (NAB) sebagai pyro powder= 15 mg/m3;
3.
Nilai
ambang batas (NAB) sebagai asap = 15 mg/m3;
4.
Nilai
ambang batas (NAB) sebagai garam terlarut= 12 mg/m3;
5.
Nilai
ambang batas (NAB) sebagai gugus alkil = 12 mg/m3.
Air yang diperoleh dari proses CPI
tersebut salah satunya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
2.8
Penetuan kadar Al dengan cara Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota
teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan
memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif.
Pada analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada 2
yaitu :
1. Pemeriksaan kemurnian
spektrum UV-Vis
2. Penentuan panjang
gelombang maximum.
Syarat senyawa yang dapat diukur oleh
spektrofotometri:
-
Harus
berbentuk larutan
-
Senyawa
harus memiliki gugus kromofon, gugus pembawa warna
-
Memiliki
ikatan rangkap terkonjugasi.
Analisis kuantitatif dengan metode
spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkanatas tiga macam pelaksanaan pekerjaan yaitu:
1. Analisis kuantitatif zat
tunggal (analisis satu komponen).
2. Analisis kuantitatif
campuran 2 macam zat (analisis 2 komponen).
3. Analisis kuantitatif
campuran 3 macam zat (analisis multi komponen).
2.8.1 Instrumentasi
Instrument yang dugunakan untuk
mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsin dari
panjang gelombang disebut “spectrometer” atau spektrofotometer.
Spektrofotometer terdiri dari spectrometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diarbsorbsi.
Jadi, spektrofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara berlapis jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar
putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma atau celah optis. Pada fotometer filter, sunar dengan panjang gelombang
yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu, sedangkan spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat
plasma sebagai alat pengurai (Khopkar, 1990)
2.8.2 Komponen spektrofotometer
Komponen-komponen yang terpenting
dari suatu spektrofotometer terdiri sumber spektrum, monokromator, sel
pengadsorbsi, dan dekator.
a. Sumber spektrum
Sumber yang biasa digunakan pada
spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfram. Lampu hidrogen atau lampu deuterium
digunakan untuk sumber spektrum pada daerah UV. Untuk mendapatkan tegangan yang
stabil dapat digunakan transformator.
b. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sember
sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk
mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dan hasil penguraiaan dapat
digunakan celah.
c. Sel absorbsi
Pada pengukuran didaerah tampak
kuvet kaca corek dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita
harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah
memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. (Khopkar,
2003).
Hukum-hukum
dasar spektrofotometri
Hukum-hukum
yang mendasari dari metode spektrofotometri adalah:
1.
Hukum Lambert
Hukum ini menyatakan bahwa “ bila
cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas
oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya”. Ini
setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang
secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium. Hukum ini dapat
dinyatakan oleh persamaan berikut :
Dengan I adalah intensitas cahaya yang masuk dengan
panjang gelombang, l ialah tebalnya
medium, dan k adalah faktor
kesebandingan. Jika I= I0 untuk
l = mol0 maka akan
diperoleh :
Atau dinyatakan dalam bentuk lain:
Tt = I0e-kl
Dengan I0
ialah intensitas cahaya masuk yang jatuh pada satu medium penyerap yang
tebalnya l.It ialah
intensitas cahaya yang diteruskan, dan k suatu
tetapan untuk panjang gelombang dan medium yang digunakan. Dengan mengubah
dasar logaritma diperoleh :
I=I0.104343kl
= I0.10-kl
Dengan K= k / 2,3026, dan biasa disebut koefisien absorbsi. Koefisien absorbsi umumnya didefinisikan
sebagai kebalikan dari ketebalan yang diperlukan untuk mengurangi cahaya.
It /
I0 = 0,1 = 10-KI atau KI=1 dan
K=1/1
Angka berbanding It/I0
adalah bagian dari cahaya masuk yang
diteruskan oleh medium setebal 1 dan disebut transmitans T. Kebalikan I0/It
adalah keburaman, dan adsorbens A medium diperoleh :
A = log I0/It
1.
Hukum Berr
Pada hukum ini dijumpai hubungan yang sama antara
transmisi dan ketebalan lapisan seperti yang ditemukan oleh Lambert antara
transmisi dan ketebalan lapisan persamaan (2) yakni,“ intensitas berkas cahaya monokromatik
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap
secara linier. Ini dapat dituliskan dalam bentuk :
It = I0.e-k’c=I0. 10-0,4343k’c=
I0.10-k’c
dengan c
konsentrasi, dan k’ dan K’ tetapan. Penggabungan persamaan (3) dan (4) akan
menghasilkan :
It=I0 . 10-acl
atau log I0/It=acl
persamaan
tersebut merupakan persamaan fundamental dari spektrofotometri, dan sering
disebut sebagai hukum Lambert-Berr.
Nilai a akan jelas bergantung pada cara menyatakan konsentrasinya. Jika c
dinyatakan mol dm-3 dan I dalam cm, maka a diberi lambang E dan
disebut sebagai koefisien absorbsi molar atau absorbsi molai. Nampak ada
hubungan antara absorben A, transmitans T, dan koefisien absorbsi molar, karena
:
A = E.c.l=log
= LOG
-log T
(Vogel, 1994)
Hukum Lambert-Berr adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Biasanya hukum Lambert-berr
ditulis dengan :
A = absorban (serapan)
ℇ = koefisien ekstingsi molar
(M-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
Hubungan
antara E dan ℇ adalah :
2.8.3 Gangguan analisa
spektrofotometri
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat didalam
analisa spektrofotometrimaka harus menghilangkan beberapa gangguan yang mungkin
disebabkan sampel yang digunakan. Beberapa gangguan yang disebabkan oleh sampel
adalah :
a. Sianida, nitrit dan polifosfat yang
dapat mengganggu reaksi dalam pengukuran tersebut dapat dinetralkan melalui
pendidihan sampel.
b. Krom dan seng (jika konsentrasinya
10 kali lipat dari besi), kobalt dan tembaga (jika > 5 mg/L) dan nikel (jika
> 2mg/L) yang biasanya dapat ditemui pada air limbah dapat dihilangkan
dengan penambahan hidroksilamin.
c. Bismut, kadmium, air raksa,
molibdat, dan perak dapat mengendapkan fenantrolin, dalam masalah ini maka
konsentrasi fenantrolin harus dinaikan.
d. Warna zat organis (jika > 20
mg/L) juga mengganggu. Cara menghilangkannya sampel harus diuapkan dengan
hati-hati dalam oven (5500c), kemudian didinginkan dan dilarutkan
kembali dengan HNO3/p.
e. Kekeruhan lebih tinggi dari 5 NTU
dapat mempersulit pembacaan pada spektrofotometri. (Alaerts, et al, 1987).
Kesalahan lain yang terjadi pada
saat pengukuran juga dapat mengganggu hasil analisa adalah :
a. Sidik jari, kotoran padat yang
melekat kuat pada sel yang digunakan, sehingga dapat menyerap radiasi dari
sinar yang dihasilkan.
b. Penempatan sel dalam sinar harus
ditiru kembali.
c. Gelembung gas tidak boleh ada
didalam lintasan optik karena mengganggu pada saat pembacaan hasil.
d. Panjang gelombang, ketidakstabilan
pada sirkuit harus teliti dan diperbaiki. (Underwood, et al, 1980).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Alat dan Bahan
3.1.1Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu:
a. Untuk mengukur turbidity dengan alat
: turbidimeter (Nephelometer Turbidity Unit), tabung gelas, beaker glass;
b. Untuk mengukur PH dengan
alat : PH merer, beaker glass;
c. Untuk menghitung total solid (TS)
dengan alat :
Cawan porselin, oven, desikator, timbangan, graduate
pipete.
d. Untuk menghitung total suspended
solid (TSS) dengan alat:
-
Sintered
glass (Crucible Gooch-5);
-
Waterjet/vakuum
pump;
-
Oven;
-
Desikator;
-
Timbangan.
e. Untuk menghitung kebutuhan aluminium
sulfat dalam kegiatan recycle dengan alat;
-
Jar test;
-
Beaker
glass;
-
Turbidimeter;
-
PH meter;
f. Pada peralatan menggunakan metode
spektrofotometer menggunakan alat:
-
Spektrofotometer;
-
Pipet
volume;
-
Beaker
glass;
-
Kuvet;
-
Tabung
durant.
3.1.2
Bahan
Sebagai bahan utama adalah air limbah, endapan air
limbah dan air baku. Sedangkan bahan tambahan untuk penguji yaitu Aluminium Sulfat.
3.2
Teknik Pengambilan Sampel
1. Pengambilan air limbah
a. Air limbah dimasukkan kedalam
erlenmeyer besar kemudian diambil sebagian dalam beaker glass kecil untuk
diteliti;
b. Diterst dengan turbidimeter dan PH
meter untuk mengukur turbidity dan drajat keasaman;
c. Air limbah dari erlenmeyer besar
dimasukkan dalam cawan porselin untuk diteliti total solidnya dengan cara
dioven, dimasukkan desikator, ditimbang;
d. Selanjutnya dilakukan pencatatan
tabulasi hasilnya.
2. Penelitian untuk TSS dan TDS
a. Pengambilan bahan air limbah di
lapangan;
b. Air limbah disaring dengan sintered
glass (memakai vacuum pump);
c. Dioven kemudian ditimbang;
d. Kemudian dilakukan pencatatan
tabulasi hasilnya.
3.3
Penyediaan
larutan pereaksi
1. Ditimbang
pereaksi [Al2(SO4)3.18H2O]
dalam beaker glass.
2. Dilarutak
pereaksi [Al2(SO4)3.18H2O] dengan
pelarut yang sesuai sesuai dengan volume yang dibutuhkan
3. Diaduk
hingga pereaksi [Al2(SO4)3.18H2O]
larut semua.
4. Dituangkankan
larutan tersebut kedalam labu ukur hingga tanda batas sesuai dengan volume yang
dibutuhkan.
5. Dimasukkan
kedala reagen dan diberi nama, tanggal pembuatan dan konsentrasi.
3.4
Persiapan dan Pengawetan Sampel
Table pengawetan sampel (SNI
6989.59:2008)
No
|
Parameter
|
Wadah penyimpanan
|
Minimum jumlah
contoh yang diperlukan (mL)
|
Pengawetan
|
Lama penyimpanan
maksimum yang dianjurkan
|
Lama penyimpanan
menurut EPA
|
1.
|
Logam (secara umum)
|
P (A), G(A)
|
-
|
Untuk logam-logam terlarut contoh air segera
disaring. Ditambahkan HNO3 sampai PH <2 diinginkan
|
6 bulan
|
6 bulan
|
3.5
Teknik
Analisis
3.5.1
analisis untuk air limbah
a.
Pengambilan bahan air limbah di
lapangan;
b.
air limbah dimasukkan kedalam erlenmeyer
besar kemudian diambil sebagian dalam beaker glass kecil untuk diteliti;
c.
di test dengan turbidimeter dan PH
meter untuk mengukur turbidity dan drajat keasaman
d.
air limbah dari erlenmeyer besar
dimasukkan dalam cawan porselin untuk diteliti total solidnya dengan cara
dioven, dimasukkan desikator, ditimbang;
e.
selanjutnya dilakukan pencatatan
tabulasi hasilnya.
3.5.2
teknik untuk TSS dan TDS
a. pengambilan
bahan air limbah dilapangan;
b. air
limbah disaring dengan sintered glass (memakai vacuum pump);
c. dioven
kemudian ditimbang;
d. selanjutnya
dilakukan pencatatan tabulasi hasilnya.
3.6
teknik
untuk recycling
3.6.1
Penelitian endapan air limbah dan air baku dilakukan dengan cara:
a.
Pengambilan air baku dari bak segaran;
b.
Pengambilan bahan air limbah dari
lapangan;
c.
Endapan dan air baku dimasukkan kedalam
beaker glass;
d.
Ditambahkan larutan aluminium sulfat;
e.
Ditetes alat jar test;
f.
Diendapkan;
g.
Ditest airnya dengan tubidimeter da PH
meter;
h.
Selanjutnya dilakukan pencatatan
tabulasi hasilnya.
3.7
Kesimpulan
Dari hasil tinjauaan
atau penyusunan, dapat disimpulkan bahwa: air limbah dapat di gunakan bagi
masyarakat dari air limbah yang menjadi pulutan bisa dikonsumsi menjadi air
minum dan dapat mengolahnya dengan berbagai cara atau metode, antara lain;
Proses adsorbsi, Proses sedimentasi, Proses koagulasi, Proses flokulasi, Proses
klarifikasi, Proses filtrasi, Proses desinfeksi.
Daftar Pustaka
Ahmad,
Zaki.2003. "The properties and
application of scandium-reinforcedaluminum". JOM
Anonim. Aluminium, dari
[[http://webmineral.com/data/Aluminum.shtml]] diunduh
pada tanggal 15 Desember 2012
R.A.Day,
Jr & A. L.Underwood.1989. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
S.M.Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta:UI-Press.
S.M.Khopkar.
1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta:Cetakan Pertama.
UI-Press.
Surdia Tata,
dan Saito Shinroku.1985. Pengetahuan
Bahan Teknik. Jakarta: PT
Dainippon Gitakarya
Printing
Vogel.
1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro
Dan Semimikro Jilid1 Edisi
Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
SNI 6989.59:2008.( Cara pengawetan dan penyimpanan contoh air limbah).
SNI 06-4160-1996 Metode
Pengujian Kadar Aluminium Terlarut Dalam Air
Dengan Alat Spektrofotometer Secara Eriokromsianin-R.
2 komentar:
Dilarang Menjiplak langsung tanpa usaha sedikitpun . . !!
baik pak bandi, tapi ini terlalu kuning, sakit mata >,<
Posting Komentar